Kampung Kolecer yang berlokasi di Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, memberi pengalaman tersendiri berwisata alam di tengah pandemi. Kampung tersebut merupakan desa wisata yang dibangun pemerintah desa setempat dengan dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Ada beberapa keunikan tentang Kampung Kolecer ini. Pertama di daerah itu banyak ditemui kolecer atau kincir angin kecil. Kolecer sendiri berasal dari Bahasa Sunda yang artinya kincir angin.
Ada ratusan kolecer yang berdiri di tengah hamparan sawah hijau di daerah itu. Ketika Anda memasuki kawasan itu, akan mendengar suara baling-baling berputar di atas yang digerakkan oleh angin. Baling-baling itu ditopang oleh bambu yang cukup tinggi. Ketika ditiup angin, Anda akan mendengar suara gemericik kincir bambu.
Sambil menikmati suara kolecer, Anda juga akan menikmati suasana sejuk pesawahan di balik bukit kecil. Udara yang masih bersih dan segar itu akan membuat pikiran tenang.
Di pojok kanan dari pintu masuk terdapat sejumlah warung untuk jajan atau sekadar ngopi. Di sana juga terdapat lahan untuk parkir motor bagi pengunjung. Di sebelah kiri tempat parkir motor itu bisa ditemui kafe untuk tempat nongkrong.
Kafe tersebut dilengkapi gazebo permanen dengan meja bundar dan kursi. Semuanya terbuat dari kayu demi menambah kesan alami. Sambil nongkrong di kafe, pengunjung bisa menikmat semilir angin segar dan suara alam dari kolecer.
Pemilik kafe, Ogi Fathuzzaman mengatakan, Kampung Kolecer itu didirikan berdasarkan latar belakang kehidupan warga yang sebagian besar petani. Kolecer atau kincir angin biasa dipakai warga untuk mengusir burung agar tidak makan padi. Dari kebiasaan itulah kemudian kampung itu akhirnya dijadikan sebagai Kampung Kolecer.
“Karena warganya memang biasa membuat kolecer untuk mengusir burung,” kata Ogi saat ditemu di Kampung Kolecer, Selasa (1/9/2020).
Untuk memasuki Kampung Kolecer, pengunjung hanya dikenai tarif Rp 2.000 per orang. Jarak dari jalan protokol ke kampung tersebut sekitar 500 meter. Jika Anda mala jalan, bisa mengendarai motor karena di lokasi sudah disediakan tempat parkir.
Namun jika ingin sekalian berolahraga dan menikmati perkampungan di jalan menuju Kampung Kolecer, Anda bisa jalan kaki.
“Nanti sepanjang jalan menuju Kampung Kolecer akan dipercantik sehingga ketika jalan kaki bisa melihat pemandangan indah,” kata Ogi.
Akses ke Kampung Kolecer
Untuk menuju kampung Kolecer bisa dilalui dengan dua akses jalan. Jika Anda dari Bandung atau Jakarta dan Jawa Tengah, Anda tinggal cari Pertigaan Pagendingan. Lalu masuk menuju Desa Cisayong sekitar 3 km dari Jalan Provinsi.
Anda juga bisa menggunakan jalur alternatif dari Jalan Baru Ciawi-Singaparna (Cisinga). Lalu masuk ke pertigaan menuju Cisayong. Jaraknya dekat sekita 500 meter.
Ketika sudah memasuki desa Cisayong, jika menggunakan kendaraan mobil, Anda bisa parkir di sekitar pintu masuk. Ada petugas parkir yang berjaga di sana.
Untuk menuju Kampung Kolecer kami sarankan pada pagi dan sore hari. Selain tidak panas ketika menuju lokasi, juga pada pagi dan sore hari pemandangannya sangat indah dan embusan anginnya sejuk.
Saya baru tahu itu namanya kolecer. Idenya kreatif sekali ini ada Kampung Kolecer. Pasti senang hati lihat sawah yang hijau dan mendengar suara kolecer ini. Tarif masuknya pun terjangkau sekali.
Di tempatku di Sukabumi juga ada tuh kampung kolecer. Emang kreatif, selain bisa jadi pengusir burung yang menggangu padi, eh jadi tempat wisata deh.
Tasikmalaya ya, pasti udaranya sejuk banget nih kalau kesini apalagi ditambah semilir angin dari kolecer
WAh, menarik sekali…. BAca ini, saya jadi ingat ada kampus di sini yang kembangkan Bumdes. Kayaknya saya pengen apply karena area di dukuh saya cukup menarik, nih.
Belum pernah eksplore tasik nie kak, jadi pengen jalan2 menikmati suara alam dan angin segar ya kak
gak ada foto kedainya ya, nampaknya asyik menikmati seruput teh panas dan gorengan sambil merasakan angin gelebug dan dengerin lagu darso
Di daerahku ada banyak juga kolecer. Tapi nggak sebanyk ini. Bisa jadi inspirasi nih buat kampung ku. Hehe…
Saya suka banget dengan kolecer, waktu kecil bilangnya main kokoleceren (bukan nama latinnya tanaman ya hehe). Kolecernya tentu ngga sebesar ini, hanya bentuk kecil aja, bisa kita tiup untuk bergerak dengan berbagai macam jenis binatang menarik di ujung kolecer.
Makasih info wisatanya. Mudah-mudahan suatu hari bisa main ke desa Cisayong ini.
Wahhh kreatif dan solutif sekali ya kak. Para petani ta perlu lagi seharian jaga sawah dong untuk ngusir para burung yang hinggap ke padi
Kreatif, ya, dari kincir angin buat ngusir burung bisa dijadikan tempat wisata. Btw, kalo di kampungku dulu ngusir burung selain pake orang-orangan sawah juga pake kaleng diisi kerikil, dikasih tali, dan digantung. Kalo talinya ditarik bisa bunyi dan burung-burungnya pada kabur.
MasyaAllah jadi pengiiiin banget ikutan kesana huhu.
Kreatif banget yaaa orang-orangnyaaa. kalau di malang sini ada kampung warna warni hasil kreasi mahasiswa
Waah, lucu banget tempat wisatanya. Sederhana tapi membantu meningkatkan penghasilan warga desa itu. Kayaknya seru ya jalan-jalan sore di sana, angin dan hamparan sawah
kampung kolecer bisa jadi inspirasi desa yg lain. mengembangkan desa wisata. secara tidak langsung dengan BUMDESnya desa terbangun ekonominya
Saya pribadi baru tau itu kolecer ternyata bisa dijadikan penarik wisatawan ya. Ide briliant!
Banyak banget ini kincir anginnya, awalnya tadi saya kira kincir angin untuk pembangkit, ternyata untuk menghalau burung ya. Menarik ini, di kampung saya gak ada